Assalamu'alaykum wr. wb. Selamat datang di pembangunjiwa.blogspot.com. Blog ini adalah wujud partisipasi saya dalam dunia penulisan, semoga rangkaian kalimat didalamnya dapat membangun jiwa-jiwa yang sedang terjatuh dan memberikan kemanfaatan bagi dunia. Karna kita hidup bukan dengan apa yang kita miliki, namun kita hidup dengan apa yang dapat kita berikan pada dunia.

Selasa, 12 Maret 2013

Pembangun Jiwa : Kepatuhan




           Sebuah Perusahaan memiliki dua orang OB (Office Boy) yang telah bekerja ditempat itu dalam waktu yang cukup lama dan keduanya bersahabat karib. Atasan mereka adalah atasan sangat tegas, keras dan disiplin. OB pertama sangat patuh kepada atasannya, tidak banyak bertanya dan selalu menuruti apapun keinginan atasannya sehingga atasannya menyukainya. Sementara OB kedua tidak sebaik yang pertama, meskipun dia telah berusaha menuruti keinginan atasannya namun ada kalanya pula dia membantah dan tidak telalu sigap dalam mengerjakan sesuatu sehingga atasannya tidak senang terhadapnya.

            OB pertama akhirnya mendapatkan promosi dan dipertahankan bekerja dengan gaji yang jauh lebih memuaskan, sementara OB kedua akhirnya dipecat dan digantikan dengan yang baru. OB pertama mendapatkan banyak fasilitas dan bisa mencukupi keluarganya. Tahun demi tahun berlalu, OB pertama semakin makmur. Melihat kesuksesannya iapun terpikir dengan nasib sahabatnya.

            Ketika dia sedang libur bekerja, dia menyempatkan untuk berkunjung ke rumah teman lamanya. Namun setelah sampai dirumahnya ternyata dia mendapati bahwa sahabatnya telah pindah karna rumahnya telah dijual. Setelah bertanya kesana kemari akhirnya dia menemukan rumah sahabatnya. Ternyata rumahnya sempit dan tidak sebaik rumahnya yang dulu. Setelah berbincang-bincang, OB pertamapun mengetahui bahwa selepas dipecat, sahabatnya mencoba berdagang keliling namun sering mengalami kebangkrutan.

            OB yang telah mendapatkan kehidupan yang lebih baik itupun menasehati sahabatnya, “andaikan kamu belajar untuk selalu menurut pada atasan dan tidak banyak membantah, tentunya kamu tidak perlu tinggal dirumah yang sempit seperti ini.”

            Mendengar nasehat dari sahabatnya, OB yang sudah dipecat itu menimpali, “andai saja kamu belajar untuk hidup dirumah sempit seperti ini, kamu tidak akan selalu harus menuruti kemauan atasanmu.”

Pembangun Jiwa : Sebelum Berkata


               

           Bu Fatimah sedang asyik memilih-milih sayuran di warung ketika tiba-tiba Bu Santi mendatanginya dengan tergesa-gesa dan berkata, “Bu Fatimah, Bu Fatimah, ada berita penting nih, sudah dengar belum. Tadi siang baru saja…”

                “Eh, sebentar… sebentar…” Bu Fatimah memotong ucapan Bu Santi sambil meletakkan kembali sayuran yang ada ditangannya. “Apapun berita itu, apakah Bu Santi sudah melewati tiga buah saringan terlebih dulu?”

                “Maksudnya?” Tanya Bu Santi tidak paham.

                “Tiga buah saringan sebelum Bu Santi menyampaikan berita itu. Okelah kalau begitu kita lihat apakah cerita Bu Santi bisa melewati ketiga saringan tersebut. Saringan pertama adalah kebenaran. Apakah Bu Santi sudah yakin bahwa berita itu benar adanya?”

                Bu Santi diam sejenak sambil menundukkan kepalanya ketanah, “Uhm, bagaimana ya?” Katanya ragu-ragu, “Aku hanya mendengarnya dari Bu Linda, jadi aku tidak terlalu yakin…”

                “Nah, itu jawaban yang jujur,” Bu Fatimah nampak puas dengan jawaban Bu Santi. “Sekarang mari kita uji dengan saringan kedua, yaitu saringan kebaikan. Karna didalam tidak ada jaminan bahwa berita itu benar adanya, mari kita lihat apakah ada manfaat didalamnya.”

                Bu Santi menggaruk-garuk kepalanya, sedikit salah tingkah, “uhm… bisa dibilang sih tidak ada manfaatnya.”

                Bu Fatimah tersenyum. “Oke. Mari gunakan saringan ketiga. Karna berita itu tidak dijamin kebenarannya dan tidak ada manfaatnya, mari kita lihat apakah berita itu mendesak untuk disampaikan?”

                “Mendesak juga tidak.” Bu Santi menjawab pasrah.

                “Jadi,” Bu Fatimah menyimpulkan. “Karna apapun berita yang hendak Bu Santi sampaikan itu tidak dijamin kebenarannya, tidak memberi manfaat dan tidak juga mendesak untuk disampaikan, sebaiknya berita itu cukup disimpan sendiri tanpa perlu disebarkan kemana-mana agar tidak ada orang lain yang terkena mudharat dari berita tersebut.”

Senin, 11 Maret 2013

Pembangun Jiwa : Sebuah Solusi


             
             Pagi hari yang cerah disebuah Desa terusik dengan ditemukannya mayat seorang warga Desa yang telah koyak dimakan binatang buas. Wargapun menjadi panik, suasana Desa yang tadinya tentram kini dicekam kegelisahan. Kepala Desa setempatpun mengadakan pertemuan dengan warga untuk mencari solusi agar ketentraman Desa kembali. Wargapun sepakat untuk memburu binatang buas tersebut malam harinya.

            Malam harinya, beberapa warga desa  berkumpul dengan membawa senjata. Waktu terus berlalu sementara Warga Desa bersembunyi di semak-semak menunggu kedatangan binatang buas tersebut. Setelah lama menunggu akhirnya terlihat seekor Harimau loreng berkeliaran di sekitar Desa, serentak warga menyerbu ke arah Harimau tersebut. Namun Harimau itu sangat tangguh, beberapa korban berjatuhan dari warga Desa sementara Harimau tersebut berhasil melarikan diri.

            Satu Minggu telah berlalu, namun Harimau itu belum juga dapat diburu. Sebaliknya, setiap malamnya selalu jatuh korban sehingga Kepala Desa memutuskan untuk menghentikan pemburuan demi menghindari jatuhnya korban. Musyawarahpun diadakan untuk mencari cara menangkap Harimau liar tersebut. Akhirnya warga memutuskan untuk menjebak harimau tersebut. Wargapun bahu membahu memasang beragam perangkap, namun hingga satu Bulan berlalu Harimau liar itu belum juga tertangkap sementara korban masih terus berjatuhan.

            Wargapun kehilangan akal dalam mengatasi permasalahannya itu. Warga mengadakan musyawarah dan perbincangan, perbincangan terus mengalir hingga akhirnya mengarah pada cerita tentang seorang alim yang tinggal di tengah hutan. Warga merasa heran dengan orang alim tersebut yang berani tinggal sendirian ditengah hutan padahal Harimau liar berkeliaran. Kemudian Kepala Desa terpikir untuk menemui orang alim tersebut demi mencari solusi dalam mengatasi permasalahan Harimau liar.

            “Anda telah lama tinggal di Hutan ini, tidakkah Anda tahu bahwa di Hutan ini sedang berkeliaran seekor Harimau liar?” Tanya Kepala Desa kepada sang alim ketika dia dan beberapa warga berkunjung ke rumahnya.

                “Saya tahu itu, tapi saya tidak terganggu olehnya.” Jawab sang alim dengan tenang.

            “Namun warga Desa sangat terganggu dengan keberadaan Harimau tersebut. Sudah jatuh banyak korban dari warga. Kami telah mencoba segala upaya namun hingga sekarang kami belum juga dapat menangkap Harimau tersebut. Dapatkah Anda memberi kami solusi agar teror ini bisa segera dihentikan?”

            Sang alim tersenyum lembut, “memang seringkali jalan kekerasan tidak memberi solusi. Harimau itu hanya lapar, maka beri saja dia makan. Insya Allah dia tidak akan mengganggu warga lagi.”

            Kepala Desa dan Warga terkejut mendengar jawaban itu, bagaimana mungkin binatang yang selama ini telah memakan banyak korban justru diberi makan bukannya dibunuh. Tapi mereka menyadari bahwa memang tidak ada jalan lain, mereka pun menurut. Kini setiap hari mereka menyediakan makanan untuk Harimau itu, sejak itu Harimau itu tidak pernah mengganggu warga lagi dan warga Desa kembali hidup dengan damai.

Pembangun Jiwa : Kelayakan



            Disebuah Kota besar tersebutlah seorang Direktur Perusahaan ternama yang dikaruniai 3 orang putra. Direktur itu telah mempersiapkan putranya agar bisa melanjutkan bisnisnya, selain kecerdasan akademis sang Direktur juga membekali ketiga putranya dengan kecerdasan spiritual, karna itulah dia menitipkan ketiga putranya kepada seorang Guru untuk membimbingnya.


            Namun hanya satu orang saja dari ketiga putranya yang kelak akan mewarisi Perusahaannya. Tentunya hanya yang paling cakap diantara ketiganya yang akan menggantikannya. Untuk menentukannya, sang Direktur telah memasrahkan kepada sang Guru untuk membuat keputusan. Tentu saja itu bukan tugas yang mudah bagi sang Guru.

            Sang Guru telah menyeleksi ketiga putra Direktur, namun ketiganya sama-sama cerdas dan berwawasan luas. Akhirnya sang Guru memberikan test penentuan kepada ketiganya untuk memastikan siapa diantara ketiganya yang paling pantas untuk mewarisi Perusahaan ayahnya. Sang Guru berkata, “pergilah kalian ke Pasar untuk membeli sebuah barang dapat memenuhi kamar kalian. Insya Allah, ba’da shubuh aku mendatangi kamar kalian untuk melihat apa yang kalian perbuat.”

            Ketiganya pun pergi ke Pasar dan berpencar, sore harinya mereka pulang dengan membawa barang yang dirasa dapat memenuhi kamarnya. Setelah Shubuh sang Guru mendatangi kamar putra pertama, putra pertama membeli sebuah tikar yang luas yang memenuhi seluruh lantai kamarnya. Sang Guru tersenyum dan mengakui kecerdasan muridnya, namun dia belum memutuskan bahwa dia adalah yang terbaik sebelum melihat kamar kedua muridnya.

            Sang Guru memasuki kamar putra kedua dan dibuat kagum. Putra kedua berinisiatif membeli cat yang dengan itu ia bisa mengecat seluruh dinding kamarnya sehingga benda itu memenuhi seluruh kamarnya. Sang Guru memutuskan bahwa putra kedua lebih unggul dibandingkan kakaknya, namun dia belum memutuskan bahwa dia adalah yang terbaik sebelum melihat kamar putra ketiga.

            Kini tiba giliran si Bungsu. Si Bungsu membukakan pintu untuk memperlihatkan kamarnya. Sang Guru tersenyum puas dengan keluasan wawasan si Bungsu ketika melihat benda yang dibelinya sanggup memenuhi ruangannya dengan cakupan yang lebih luas daripada barang yang dibeli kedua kakaknya. Sang Guru menepuk bahu si Bungsu dan berkata, “kamulah calon Direktur yang baru.” Kedua kakaknya penasaran dan melihat benda yang dibeli adiknya. Keduanya mengakui kecerdasan si Bungsu dan mengucapkan selamat ketika melihat sebatang lilin di dalam kamar Si Bungsu yang cahayanya sanggup memenuhi seisi ruangan.

Minggu, 16 September 2012

Takabur


Langit telah tercipta dengan segala kesempurnaannya, bumipun telah tercipta dengan segala kesempurnaannya. Syurga dengan segala keindahannya terbentang luas, disanalah para Malaikat bertasbih memuji Tuhannya.
Malaikat adalah makhluk Allah yang paling mulia kala itu, mereka senantiasa patuh dan taat kepada Allah, mereka juga beribadah tanpa kenal lelah. Namun di antara Malaikat itu ada satu jenis makhluk yang begitu berbeda dengan yang lain, makhluk ini sangat giat dan rajin dalam beribadah, dia juga tampil terdepan saat Allah mengutusnya bersama Malaikat yang lain untuk membersihkan bumi agar siap dihuni.
Makhluk ini begitu mencolok dari yang lain, dia adalah Alharits atau disebut juga dengan nama Abu Murrah. Para Malaikat mengira bahwa Alharits itu adalah makhluk Allah yang sama dengan mereka, padahal Alharits berbeda dengan para Malaikat, Malaikat diciptakan dari cahaya sedangkan Alharits diciptakan dari api, Alharits adalah makhluk Allah dari jenis Jin.
Suatu ketika Allah mengambil tanah liat dari bumi dan meletakkannya ke syurga, para Malaikat bertanya-tanya, tentang apa yang hendak Allah perbuat, Allah pun berfirman kepada para Malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh ciptaan-Ku kepadanya, maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.”
Suatu hari Alharits berjalan-jalan di syurga dan melihat tanah liat yang sedang berproses, Alharits berkeliling mengamatinya dan diapun menyadari bahwa ini adalah makhluk baru yang diciptakan Allah yang bernama manusia. Alharits menyadari bahwa makhluk yang bernama manusia ini adalah makhluk yang sangat rapuh dan lemah sehingga dia berkata padanya, “Kulihat kau adalah makhluk yang begitu rapuh dan mudah tergoda, tapi jangan khawatir, nanti aku akan mengajarimu bagaimana beribadah pada Allah, karna aku jauh lebih tau darimu.”
Alharits membusungkan dadanya dengan rasa bangga karna dia yakin bahwa dialah makhluk Allah yang paling mulia yang pernah diciptakan, dia merasa bahwa diantara makhluk Allah yang lain hanya dialah yang paling taat dan paling rajin dalam beribadah, dengan perasaan puas karna merasa kedudukannya yang mulia tak mungkin ada yang bisa menyaingi, maka Alharits pun pergi dengan perasaan puas.
Setelah beberapa hari akhirnya tanah liat itu telah sempurna wujudnya dan menjadi makhluk yang bernama manusia dan Allah memberinya nama Adam, jika Allah berkehendak, Dia bisa saja menciptakan manusia dalam waktu kurang dari satu detik, tapi tentu ada hikmah yang tersembunyi tentang kenapa manusia baru tercipta sempurna setelah beberapa hari.
Para Malaikat juga melihat bahwa makhluk Allah yang satu ini begitu lemah dan juga memiliki hawa nafsu yang berbahaya, merekapun menjadi heran ketika Allah berfirman mengenai Adam, “Aku hendak menjadikan khalifah dimuka bumi.”
Malaikat adalah makhluk Allah yang lebih berakal dibandingkan Alharits, itulah sebabnya mereka bertanya agar jelas hikmah yang terkandung di dalamnya, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?”
Allah berfirman, “Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Sebutkan kepada-Ku semua nama benda ini, jika kamu yang benar.”
Para Malaikat menjadi malu tatkala menyadari bahwa mereka tidak tahu, merekapun menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Mahamengetahui, Mahabijaksana.
Lalu Allah berkata kepada Adam, “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu !”
Lalu Adam pun menyebutkan nama-nama ciptaan Allah satu demi satu dan mengajarkannya kepada Malaikat, “Itu gunung, itu langit, itu pohon, itu rumput, itu air, itu matahari, itu bulan…”
Ternyata Adam dapat menyebutkan semua ciptaan Allah satu demi satu sehingga para Malaikat begitu takjub kepada Adam, akhirnya para Malaikat memahami hikmah tentang kenapa Allah menciptakan Adam sebagai Khalifah di muka bumi, lalu Allah pun berfirman, “Bukankah telah Aku katakan padamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan yang kamu sembunyikan?”
Pada hari yang di tentukan, Allah mengumpulkan para Malaikat di syurga untuk memperkenalkan Adam. Alharits ada diantara para Malaikat, Alharits memandang Adam dengan rasa kasihan karna mengetahui bahwa makhluk yang berasal dari tanah liat yang dibakar ini begitu lemah dan memiliki banyak celah yang membuatnya mudah terjerumus, Alharits pun telah bertekad akan menjadikan Adam sebagai muridnya.
Suasana hening, lalu tiba-tiba Alharits dikejutkan oleh perintah Allah kepada seluruh Malaikat termasuk dirinya, “Sujudlah kamu kepada Adam!”
Bagai disambar petir, dada Alharits bergolak hebat terkejut luar biasa, ‘bersujud kepada Adam?’ tidak pernah terbetik sama sekali dalam pikirannya bahwa makhluk mulia seperti dirinya harus merendahkan diri dihadapan makhluk kotor yang hanya terbuat dari tanah liat, dia telah ratusan tahun beribadah kepada Allah sedangkan Adam bahkan baru saja diciptakan, ‘apa yang hebat dari Adam? Aku tidak sudi bersujud padanya karna dia lebih rendah dariku’ begitu pikir Alharits.
Sementara itu para Malaikat disegala penjuru tanpa banyak tanya bersujud kepada Adam, tak ada satupun Malaikat yang berani berdiri, melihat pemandangan itu Alharits goncang, demi harga diri dan gengsinya yang terlalu tinggi dia tetap berdiri tak bergeming sedikitpun.
Ratusan Malaikat bersujud telah pada Adam, kini tak ada lagi yang berdiri kecuali Adam dan Alharits. Dada Alharits berkecamuk hebat, ini pertama kalinya ia menentang perintah Allah. Bahkan ketika ia melihat bahwa hanya dialah satu-satunya yang tidak mau bersujud kepada Adam dia tetap saja bersikukuh untuk berdiri ditempatnya.
Allah mengetahui apa yang tersembunyi di dalam dada Alharits sehingga Dia pun berfirman kepadanya, “Hai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kekuasaan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu merasa termasuk golongan yang lebih tinggi?”
‘Iblis?’ Alharits terkejut, jadi itukah nama yang diberikan Allah padanya? Iblis, sebuah kata yang berasal dari kalimat “ablasa” yang berarti berputus asa. Allah telah menetapkan Iblis menjadi makhluk yang berputus asa dari rahmat Allah dan tidak akan dapat memperoleh kemuliaan selamanya.
Hal itu karna Iblis menyombongkan diri dan merasa lebih baik dari makhluk Allah yang lain padahal kemuliaan dan kehinaan itu hanya Allah sajalah yang bisa menetapkan, kesombongan adalah sebuah dosa bahkan Rosulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda, “Tidak akan masuk syurga orang yang memiliki sifat sombong meski hanya sebesar biji sawi.”
Lalu makhluk yang telah mendapatkan laknat Allah itu menjawab, “Aku lebih baik daripadanya, karna Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Allah berfirman, “Kalau begitu keluarlah kamu dari syurga! Sesungguhnya kamu adalah makhluk terkutuk, dan sungguh, kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan”
Iblis telah mendapatkan laknat dari Yang Mahamenetapkan dan semua itu gara-gara Adam, Iblis menyimpan dendam kesumat yang sangat dalam kepada Adam dan benar-benar ingin menggunakan seluruh waktu, tenaga dan pikirannya hanya untuk membalaskan dendam kesumatnya kepada Adam dan keturunannya hingga hari Kiamat, karna itu ia meminta kepada Allah agar diberikan kehidupan yang kekal abadi. “Ya Robb, tangguhkanlah aku sampai pada hari mereka dibangkitkan.”
Allah berfirman, “Maka sesungguhnya kamu termasuk golongan yang diberi penangguhan, sampai pada hari yang telah ditentukan waktunya.”
Iblis telah memegang perannya sebagai musuh Allah sebagaimana yang telah tertulis dalam Kitab Lauh Mahfudz sebelum alam semesta diciptakan, sesungguhnya didalam Kitab itu telah tertulis lengkap seluruh kejadian dari awal kejadian semesta hingga kehancurannya, dari kejadian yang sangat kecil seperti daun yang jatuh hingga kejadian yang sangat besar seperti gunung meletus, banjir dan sebagainya, tak ada yang dapat merubah satu huruf pun dari Kitab Lauh Mahfudz itu meskipun seluruh Manusia dan Jin bersatu untuk mengubahnya, dan apa yang telah tertulis dalam Kitab itulah yang dinamakan dengan takdir.
Iblispun menjawab, “Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya…”
Namun Iblis tahu betul bahwa ia takkan sanggup menggoda semua manusia, lalu iapun menambahkan dalam kalimatnya, “…kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih diantara mereka.”
Allah berfirman, “Maka yang benar dan hanya kebenaran itu sajalah yang Aku katakan. Sungguh, Aku akan memenuhi neraka Jahanam dengan kamu dan dengan orang-orang yang mengikutimu diantara mereka semuanya.”


Subhanallaah, sungguh didalam kisah yang demikian itu terdapat ibroh bagi orang yang mau belajar dan memahami. Pada mulanya Iblis adalah makhluk Allah yang dimuliakan dan ditinggikan, betapa banyak amal ibadah yang telah ia perbuat namun semua melebur dalam sekejap mata saja karna kesombongan yang ada pada dirinya.
Karna itulah kita harus senantiasa berhati-hati dalam segala tindakan dan perbuatan, jangan pernah kita lengah meskipun kita telah melakukan banyak amal, karna kesombongan yang kecil terkadang menyusup didalamnya, kadang amal perbuatan itu membuat diri kita merasa lebih baik dari yang lain sehingga tanpa kita sadari hanguslah pahala kita.
Sungguh, jika kita bisa beramal dan mendekatkan diri pada Allah maka hal itu tidak lain adalah karna karunia dari Allah, maka sudah selayaknya kita mensyukurinya. Karna sesungguhnya kita tidak akan dapat melakukan amalan sekecil apapun melainkan jikalau Allah menghendakinya, Allahlah yang menggerakkan hati kita, Allahlah yang memberikan kesempatan itu dan Allahlah yang mencatat semua itu.
Maka tidak layak bagi kita menyombongkan diri, karna jika kita mau menengok masa lalu kita, sesungguhnya kita ini hanyalah setetes nutfah yang menjijikkan, lalu Allahlah yang menyempurnakan diri kita, dia memberikan kita pendengaran, penglihatan dan hati tanpa kita harus memintanya, andai Allah hanya mau memberi semua itu setelah kita memintanya maka akan sangat panjanglah daftar permintaan yang kita butuhkan.
Dan adalah nikmat Allah yang sangat besar karna Dia menunjukkan kepada kita jalan Islam disaat Allah membiarkan banyak manusia tenggelam dalam kekafirannya tanpa mereka sadari. Coba kita merenung sejenak, bagaimana jika Allah mentakdirkan kita hidup dalam kekafiran dan tak mengenal Islam hingga meninggal, apakah kita rela? Kita akan hidup tidak lebih dari sekedar makan, tidur, bermasyarakat, dan mengumpulkan harta tanpa ada nilai ibadah sama sekali, jikalau ada amal ibadah maka amalan itu tidak diterima karna tidak sesuai dengan kaidah Islam, lalu setelah kita mati maka kita akan langsung masuk neraka tanpa peduli betapa banyak perbuatan baik yang pernah kita lakukan pada makhluk-makhluk Allah, karna amal baik yang tidak didahului dengan syahadat hanya akan dibalas kebaikannya didunia.
Alhamdulillah, jika Allah menggerakkan hati kita untuk sholat lima waktu disaat manusia lain hanya sibuk mengejar dunia yang tak ada habisnya. Alhamdulillah, jika Allah mengangkat nama kita diantara manusia karna ketaatan kita pada-Nya. Ingat saudaraku, Allah tidak butuh kita sama sekali, tapi karna Dia sangat menyayangi kita maka Dia memberi kita kesempatan untuk beribadah dan mendekatkan diri pada-Nya, dan untuk semua yang telah kita perbuat maka semua kebaikan akan kembali kepada kita sepenuhnya, lalu apakah pantas kita bersikap sombong dan merendahkan orang lain sebagaimana Iblis merendahkan Adam?
Jangan sampai kita tertipu oleh amalan-amalan yang pernah kita perbuat, karna Allah punya hak penuh atas diri kita tanpa kita bisa menggugatnya, karna Dia Mahamemutuskan.
 “Dia (Allah) tidak ditanyai tentang apa yang diperbuatnya, tapi merekalah yang akan ditanyai.” {QS. Al-Anbiyaa’: 23}
Agar bertambah kuat ibroh yang akan kita dapatkan dari kisah Iblis di atas maka saya akan tambahkan satu kisah lagi, namun perlu diingat bahwa semua kisah dan pelajaran ini tidak akan bernilai bagi orang yang tidak Allah kehendaki. Karna orang-orang zalim itu buta.
“Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan dibelakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau beri peringatan atau engkau tidak beri peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga.” {QS. Yaasiin: 9-10}
 Pada zaman Nabi Isa as, ada seorang yang dikenal sangat bakhil oleh semua orang, waktu itu kebetulan umat Nabi Isa sedang berperang membela agama.
Alkisah ada seorang pemuda yang memiliki semangat juang yang sangat besar dan sangat mendambakan kedudukan sebagai syuhada, dia sangat ingin turut berperang namun keadaan tidak mengizinkan, dia tidak memiliki pedang.
Akhirnya, pemuda itu mendatangi si bakhil agar berkenan memberikannya sebuah pedang yang akan dia gunakan untuk berjihad meskipun pemuda itu tahu betul bahwa kemungkinan besar usahanya sia-sia belaka, namun dia tetap mencoba.
Seperti yang telah ia duga, meski dia telah berusaha dengan keras, si bakhil itu tetap tidak mau memberikan pedangnya sehingga pemuda itu pulang dengan tangan kosong. Si bakhil memandang pemuda itu dan merenung, tiba-tiba hatinya tergerak untuk mengejar pemuda itu.
Si bakhil mengejar si pemuda itu, dan di luar dugaan, dia memberikan sebuah pedang padanya begitu saja. Pemuda itu terkejut dan berterimakasih pada si bakhil itu. Pemuda itu langsung berangkat berperang dengan perasaan bahagia.
Di tengah jalan, pemuda itu bertemu dengan Nabi Isa as yang sedang berjalan bersama seorang ahli ibadah yang dikenal soleh. Pemuda itu menceritakan kejadian yang baru saja ia alami, Nabi Isa as merasa senang mendengarnya sementara ahli ibadah itu membatin, ‘sedekah sebuah pedang? apa istimewanya?’
Nabi Isa as minta diantar ketempat si bakhil itu berada, lalu mereka bertigapun tiba didepan rumah si bakhil. Melihat kedatangan Nabi Isa as dan ahli ibadah, si bakhil keluar dan dengan sopan dan penuh keramahan mempersilakan mereka bertiga untuk masuk kedalam rumahnya.
Namun, tatkala si bakhil itu mendekati sang ahli ibadah, maka ahli ibadah itu berkata, “Jangan terlalu dekat denganku agar aku tidak ikut terbakar bersamamu.”
Mereka bertiga diperlakukan dengan sangat baik oleh si bakhil, lalu turunlah wahyu kepada Nabi Isa as, “Katakan pada si bakhil bahwa Aku telah mengampuni dosanya karna sedekah pedang yang ia lakukan dan karna ia telah memperlakukan tamunya dengan baik. Dan katakan pula padanya bahwa kelak dia akan menjadi tetangga si ahli ibadah di syurga.”
Si ahli ibadah tersentak kaget, bagaimana mungkin orang mulia sepertinya yang telah menghabiskan bertahun-tahun waktunya untuk beribadah harus menjadi teman si bakhil di syurga? Ahli ibadah tersinggung dan berkata, “Aku tidak sudi bertetangga dengannya di syurga.”
Lalu turunlah wahyu kepada Nabi Isa, “Karna si ahli ibadah tidak mau menjadi tetangga si bakhil di syurga dan karna dia merendahkan orang lain maka Aku akan memasukkannya kedalam neraka, sementara si bakhil akan tetap berada di tempatnya, di syurga.”

Kasih Sayang


Apa yang terbetik dalam pikiran kita jika kita mendengar kata..pelacur?mungkin kita akan membayangkan tentang seorang wanita hina,wanita murahan,tak punya harga diri dan seterusnya.tapi,apakah kita pernah tahu isi hatinya?tidak,kita takkan pernah tahu,kita mungkin hanya bisa menebak dan tebakan kita sering juga salah.

 Isi hati manusia hanya  orang itu sendiri dan juga Allah saja yang tahu,bahkan para jin,malaikat, dan para psikiater sendiri hanya mampu menduga,tak seorangpun berani memastikan,itu adalah rahasia Allah,seringkali ada kejutan di dalamnya.
           
Sungguh Allah yang maharahman memberikan kasih-Nya kepada siapa yang dikehendaki.Nabi saw pernah bersabda,”orang yang mendapatkan rahmat Allah hanyalah mereka yang memiliki kasih sayang”.Itulah sebabnya islam diajarkan sebagai rohmatan lil alamin.
           
Marilah kita belajar akan arti sebuah kasih sayang,meskipun kita harus belajar dari seorang wanita tuna susila.
           
Alkisah di suatu padang pasir yang tandus dan gersang seorang wanita bani Israel berjalan tertatih-tatih tanpa tenaga,mulutnya kering dan pandangannya begitu kabur.wanita itu adalah seorang yang bekerja dengan menjajakan tubuhnya kepada para laki-laki hidung belang. sebuah profesi yang dia jalani dengan rasa jijik dan jeritan penyesalan. Serta keinginan yang teramat sangat untuk bertaubat dan memperbaiki diri sesegera mungkin.

Jam demi jam berlalu,tak tampak tanda-tanda kehidupan di jalan yang di lalui wanita itu,saat semangat mulai tipis tiba-tiba terlihat sebuah sumur yang masih belum kering airnya,wanita itu begitu gembira dan dengan tergopoh-gopoh wanita itu berlari dengan sisa-sisa tenaganya.
           
Ternyata sumur itu begitu dalam dan sudah tidak memiliki timba sehingga wanita itu harus turun sendiri kebawah untuk mengambil airnya.Wanita itu turun ke dasar dan menciduk air dengan sepatunya,lalu dengan susah payah wanita itu memanjat dinding-dinding sumur untuk naik ke atas sementara mulutnya menggigit sepatu yang sudah berisi air di dalamnya.
           
Akhirnya wanita itu berhasil keluar dari sumur,tenaganya sudah benar-benar habis,namun saat dia hendak meminum airnya tiba-tiba dia terdiam sejenak,dilihatnya seekor anjing berjalan mengitari sumur dengan menjilati pasir karna sangat kehausan.
           
Wanita itu begitu iba melihat anjing yang hampir mati kehausan,hatinya trenyuh dan jiwanya yang penuh welas asih pun terlihat,mungkin dia berpikir bahwa lebih baik air itu diberikan kepada makhluk Allah yang tidak memiliki dosa daripada diminum sendiri olehnya yang telah banyak memikul dosa.
           
Dengan hati yang penuh keikhlasan diberikannya air itu kepada seekor anjing,wanita itu tersenyum tulus melihat anjing itu begitu bersemangat menghabiskan air itu,hingga mata wanita itu mulai berat dan semakin gelap lalu….innalillahi wainna ilaihi rojiun.
            
Seluruh isi langit dan bumi terharu melihat kejadian itu,Allah yang mahakasih tentu merasa berterimakasih pada wanita itu,sehingga diangkatlah derajat wanita mulia itu dan dihapuskan dosa-dosanya…semuanya.
           
“katakanlah:hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,janganlah kamu berputus asa dari rohmat Allah.sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.sesungguhnya Dia-lah yang mahapengampun lagi maha penyayang.”  (QS Az-Zumar:53)
           
Allahu akbar !! terimakasih ya Allah atas kemahapemurahan-Mu,terimakasih wahai wanita mulia yang telah mengajarkan kami akan arti kasih sayang,tidurlah wahai saudariku,berbahagialah karna kemuliaan jiwamu.

           
“hai jiwa yang tenang,kembalillah kepada Tuhan-mu dengan hati yang puas lagi diridloi-Nya.maka masuklah kedalam jemaah hamba-hamba-Ku dan masuklah kedalam sorga-Ku”.  (QS Al-Fajr:27-30)